Pages

Friday, June 11, 2010

Sejarah Perisai Diri

Pendiri Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri adalah RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, yang akrab dengan panggilan Dirdjo. Beliau adalah putra RM Pakoe Soedirdjo, lahir di Yogyakarta tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Paku Alaman.
Sejak berusia 9 tahun Dirdjo telah dapat menguasai ilmu silat yang ada di lingkungan keraton. Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK, Dirdjo kecil meninggalkan Keraton Paku Alaman dengan berjalan kaki, hanya berbekal tekad. Sampai di Jombang, yang merupakan pusat pesantren di Jawa Timur dengan fasilitas lengkap, ia belajar ilmu agama dan pengetahuan umum di Pondok Pesantren Tebuireng, sambil belajar ilmu silat dari Hasan Basri.
Sambil belajar dan bekerja di Pabrik Gula Peterongan, dengan tekun Dirdjo terus memperdalam ilmu dan tidak menyia-nyiakan waktunya selama di perantauan. Setelah merasa cukup, ia kembali ke Solo dan mendatangi Bapak Sahid Sahab untuk berguru silat. Selanjutnya ia berguru kepada kakeknya, Jogosurasmo yang ahli ilmu kanuragan.
Tujuan selanjutnya adalah kota Semarang, di mana ia belajar ilmu silat pada Bapak Soegito. Masih belum puas dengan pengalaman dan ilmu yang dimilikinya, Dirdjo berguru lagi ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting, Semarang. Langkah selanjutnya menuju ke daerah Jawa Barat, dimulai dari kota Cirebon yang waktu itu cukup dikenal sebagai tempat menimba ilmu silat dan kanuragan. Daerah Kuningan juga dikunjunginya untuk berguru ilmu silat.
Setelah Jawa Barat, Dirdjo yang belum puas menuntut ilmu silat, juga berlatih silat Minangkabau dan silat Aceh. Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat ia tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang. Berbagai pengalaman dan gemblengan akhirnya menjadikan Dirdjo bermental baja dan penuh percaya diri. Ia yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya. Ia pun mulai meramu ilmu silat sendiri.
RM Soebandiman Dirdjoatmodjo lalu menetap di Parakan, Banyumas, dan membuka Perguruan Silat Eka Kalbu. Suatu saat ia bertemu dengan seorang Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw Lim Sie, Yap Kie San namanya. Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri Siauw Liem Sie dari Suhu Yap Kie San selama 14 tahun. Berbagai cobaan dan gemblengan ia jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari Suhu Yap Kie San.
Setinggi-tinggi burung terbang akhirnya kembali juga ke sarangnya. Begitu juga dengan Dirdjo yang akhirnya kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro yang masih Pak De-nya, meminta Dirdjo mengajar silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa.
Tahun 1947 Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan seksi Pencak Silat. Dengan tekad mengembangkan ilmunya, Dirdjo lalu membuka kursus silat umum, selain mengajar di HPPSI dan Himpunan Siswa Budaya.
Tahun 1954 ia dipindahkan ke Surabaya ke Kantor Kebudayaan Jawa Timur. Di sinilah dengan dibantu Imam Ramelan, ia membuka dan mendirikan kursus pencak silat "Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI" pada tanggal 2 Juli 1955.
Teknik silat yang diajarkannya adalah gabungan berbagai ilmu beladiri yang ada di Indonesia. Pengalaman dan ilmu silat yang dikuasainya selama itu kini tercurah dalam teknik yang sangat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia.
Dari mulai didirikan hingga kini teknik silat Perisai Diri tidak pernah berubah, berkurang atau bertambah. Dengan motto Pandai Silat Tanpa Cedera, Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.
Tanggal 9 Mei 1983, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang ke Rahmatullah. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia. Untuk menghargai jasanya, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar "Pendekar Purna Utama" bagi Bapak RM Soebandiman Dirdjoatmodjo tahun 1986.

No comments:

Post a Comment